Gundul-Gundul Pacul Inspirasi Kepemimpinan Kekinian

Tertarik dengan postingan di salah satu website yang kebetulan muncul saat baca-baca disela-sela kesibukan pekerjaan yang kebetulan sedang tidak sibuk, maka ditulislah penulisan ulang dengan beberapa improvisasi ini. Merupakan kutipan, paduan dari beberapa sumber yang Saya baca sebagai referensi tambahan saat Saya tertarik pada salah satu artikel postingan di website, oleh karenanya Saya akan sangat berterima kasih bila dari para pembaca memiliki tambahan informasi atau meluruskan bilamana terdapat kesalahan pada penulisan ini. Sesuai dengan judul artikel di atas, itulah inti tulisan ini. Tidak berniat mengepaskan dengan suasana pilkada serentak yang memasuki masa tenang ini, tapi ya ndilalah kalo orang Jawa bilang, "kebetulan" saja. Tapi di luar itu semua, semoga tulisan ini bisa menjadi reminder, pengetahuan baru, atau bahkan menjadi sebuah inspirasi bagi Anda, bagi kita semua. 

Masuk kepada penjelasan mengapa salah satu lagu dolanan ini menjadi sebuah inspirasi, adalah karena maknanya yang sungguh mendalam. Lagu yang biasa dinyanyikan oleh anak-anak pada saat berkumpul dengan teman-temannya ini diciptakan oleh RC Hardjosubroto, dikatakan merupakan ciptaan asli Sunan Kalijaga sekitar tahun 1400an. Beginilah lirik lagu Gundul-Gundul Pacul :

Gundul gundul pacul-cul,gembelengan…

Nyunggi nyunggi wakul-kul,gembelengan…

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar…

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar…

Gundul gundul pacul-cul,gembelengan…

Gundul (bahasa Jawa) yaitu kepala plontos, botak tanpa rambut. Kepala merupakan lambang kehormatan serta kemuliaan seseorang yang selalu dijaga. Memegang kepala orang lain apalagi yang lebih tua merupakan suatu tindakan yang sangat tidak sopan dan dianggap merendahkan/tidak menghormati orang tersebut. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Gundul berarti kehormatan tanpa mahkota. 

Pacul (bahasa Jawa) yaitu cangkul, salah satu alat pertanian yang digunakan petani untuk mencangkul yang terbuat dari lempeng besi berbentuk segiempat. Pacul melambangkan kawula alit, masyarakat kecil atau rendahan. 

Gundul pacul, artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Orang Jawa juga menyebut pacul sebagai sebuah istilah yang merupakan kependekan dari "papat kang ucul" yang dalam bahasa Indonesianya berarti "empat yang lepas", yang berarti bahwa kemuliaan seseorang bergantung kepada empat hal tadi yang tidak boleh lepas, antara lain :
  1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan yang ada di sekitarnya. Untuk seorang pemimpin adalah kepekaan, kemampuan dalam melihat kesulitan yang dialami oleh rakyatnya;
  2. Telinga digunakan untuk mendengarkan nasehat. Bagaimana seorang pemimpin itu menerima segala masukan, dari siapapun, bahkan mungkin dari pihak yang kontra sekalipun, demi kemajuan pembangunan dan kesejahteraan rakyatnya (nasihat yang membangun);
  3. Hidung digunakan untuk mencium aroma kebaikan. Bagaimana seorang pemimpin untuk senantiasa berpikir positif, tidak mudah diprovokasi dengan hal yang buruk, demi kedamaian dan terciptanya stabilitas di berbagai bidang kehidupan dalam mendukung terwujudnya kesejahteraan rakyatnya;
  4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil dan baik. Apa yang keluar dari mulut seseorang adalah ekspresi kepribadian seseorang. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang adil dan baik adalah yang senantiasa berkata-kata yang adil dan baik pula. Sebagai salah satu bentuk keteladanan dan penjagaan, karena suatu hal baik disampaikan dengan cara yang tidak baik akan menjadi tidak baik, namun bila suatu hal yang kemungkinan dapat menciptakan sesuatu ketidakbaikan disampaikan dengan cara yang baik akan menjadi baik.
Jika keempat hal di atas lepas, maka lepaslah kehormatan seseorang, termasuk dalam diri seorang pemimpin.

Gembelengan, artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat. Akan tetapi dia malah melakukan hal-hal yang tidak mencerminkan sosok seorang pemimpin, antara lain :
  1. Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya;
  2. Menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara manusia;
  3. Dia menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.
Gundul-gundul pacul gembelengan dapat diartikan sebagai pemimpin yang lupa bahwa dirinya sedang mengemban amanah rakyat, amanah tersebut disalahgunakan untuk kepentingan diri pribadi dan kelompoknya sehingga membuatnya menjadi seorang pemimpin yang congkak tanpa peduli lagi dengan rakyat yang memercayakan amanah kepadanya.

Nyunggi nyunggi wakul-kul,gembelengan…

Wakul (bahasa Jawa) artinya bakul tempat nasi. Wakul merupakan simbol kesejahteraan rakyat. Dimana terdapat kekayaan negara, sumberdaya, Pajak adalah isinya. Nyunggi wakul berarti membawa bakul di atas kepalanya. Namun banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting yaitu membawa bakul dikepalanya. Artinya bahwa kepala yang merupakan kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat. Kedudukannya terletak di bawah bakul rakyat. Jadi siapakah yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul? Tentu saja pemilik bakul. Pembawa bakul merupakan pembantu si pemiliknya. Namun masih banyak pemimpin yang masih gembelengan, melenggak-lenggokkan kepalanya dengan sombong dan bermain-main terhadap amanah yang dipercayakan oleh rakyat kepadanya.
  

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar…

Akibat dari pemimpin yang membawa amanah dengan sombong dan bermain-main tadi, maka jatuhlah bakul tadi, isinya berserakan kemana-mana. Wakul ngglimpang berarti bakul diatas kepala jatuh. Segane dadi sak latar berarti nasi yang menjadi isi di dalam bakul tersebut jatuh dan berantakan kemana-mana.

Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dan tidak terdistribusi dengan baik. Menyebabkan kesenjangan ada dimana-mana. Nasi yang tumpah di tanah tidak akan bisa dimakan lagi karena telah kotor. Sehingga amanahnya akan jatuh dan tidak bisa dipertahankan lagi karena telah mengotori kepercayaan rakyat. Menjadikan kepemimpinannya sia-sia. Maka gagallah tugasnya mengemban amanah rakyat.

Secara keseluruhan lagu ini menceritakan perihal komitmen manusia dalam mengemban amanah di berbagai bidang, di berbagai lingkungan, amanah dalam kedudukannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Ketika masih anak-anak bermain-main mungkin masih merupakan hal yang wajar. Namun ketika telah dewasa, bukan lagi saatnya bermain-main. Terutama ketika seseorang dewasa tadi telah mengemban suatu tanggung jawab dan amanah.

Akhirnya, Semoga kita menjadi pribadi yang memiliki integritas sebagai apa pun dan dimana pun kita berada. 

NB : Jangan abai dengan siapa yang akan menjadi calon pemimpin kita, kenali, pahami, dan pilihlah mereka yang kiranya memberikan kemajuan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Bagaimana kita nantinya bergantung dari pilihan kita, no golput dan jadilah pemilih yang baik dan cerdas ;) Ojo lali lan ojo nganti ucul "pacule"

0 Response to "Gundul-Gundul Pacul Inspirasi Kepemimpinan Kekinian "

Posting Komentar